Teknik Sipil - Sebelum
dilakukan pemasangan tower crane, harus disiapkan pondasi dari semen
yang dicor, berukuran panjang 4 m, lebar 4 m, dan kedalaman 2 m. Pada
bagian dasar pondasi ditanamkan Fine Angle dari besi cor berkualitas
tinggi, yang berfungsi untuk memperkokoh pondasi di dalam manajemen
proyek.
Setelah fondasi selesai dibuat, perlu waktu 1 minggu untuk menunggunya
menjadi keras dan kering, sebelum diinstal keseluruhan rangkaian alat
tersebut. Dan Tower crane akan berdiri dan di ‘baut’ dengan pondasi
untuk menjaga stabilitasnya, kemudian dihubungkan dengan bagian menara
(tower) penopang tower crane tersebut di dalam manajemen proyek.
Dalam pemasangan tower crane ada 2 cara :
- Apabila tidak lebih tinggi dari 200 kaki, maka langsung dapat dirakit bagian per-bagian menggunakan pertolongan sebuah mobile-crane.
- Jika crane yang dirakit lebih tinggi harus menggunakan proses ” self assembly “.
Adapun langkah perakitan, pertama menggunakan bantuan mobile crane untuk
merakit bagian-bagian jib dan machinery arm, dan menempatkan
elemen-elemen horizontal tersebut pada konstruksi tiang (mast), setinggi
kurang lebih 12 meter. Kemudian, dilanjutkan dengan menambahkan
counterweights. Konstruksi tiang (mast), ditambah ketinggiannya dari
kondisi dasar. Untuk mencapai ketinggian maximum, konstruksi tiang ini
tumbuh satu per satu bagian (segmen) di dalam manajemen proyek.
Dengan menggunakan alat yang disebut atau climbing frame, pemasangan
diawali dengan menggantungkan beban pada bagian jib, untuk
menyeimbangkan counterweights yang dipakai. Kemudian slewing unit
dilepaskan dari kepala tiang. Sebuah peralatan hidrolik pada top climber
akan mendorong slewing unit ke atas, sejauh sekitar 6 meter. Kemudian,
pemasangan crane mengangkat satu segmen (section) tiang berukuran tinggi
6 meter dan memasukannya dalam celah yang dibuka oleh climbing frame
tadi. Begitu segmen ini berhasil disambungkan, berarti crane sudah
menjadi lebih tinggi 6 meter di dalam manajemen proyek.
Kebanyakan tower crane dirakit untuk mencapai ketinggian yang
diinginkan, sejak pertama alat tersebut dirakit dan digunakan. Kemudian,
alat tersebut akan tumbuh semakin tinggi bersamaan dengan tumbuhnya
bangunan yang sedang dibangun. Dan jika struktur yang dibangun sangat
tinggi, maka tower crane dapat juga dihubungkan pada bangunan, untuk
mendapatkan tambahan kestabilan di dalam manajemen proyek.
Sehingga dapat disimpulkan, dalam meninggikan crane, tower crane akan
membangun dirinya sendiri sampai ketinggian yang dikehendaki. Setelah
tersusun 4 section di atas 1 section dipasanglah sabuk, yakni besi
penghubung tower crane dengan bangunan yang fungsinya untuk menjaga
kestabilan tower crane. Panjang sabuk sekitar 7 meter dan dipasang
sekitar 3 buah pada setiap sectionnya. Sabuk dipasang pada setiap 20
meter antara satu section dengan section yang lainnya di dalam manajemen
proyek.
Pembongkaran tower crane
Apabila pekerjaan telah selesai dan sudah waktunya untuk membongkar
crane tersebut. Tahapan pembongkaran tower crane adalah kebalikan dari
pemasangannya. Mula-mula hooke akan melepaskan bagian section terakhir,
sehingga timbul ruang kosong antara slewing dengan section ke 2 terakhir
dan teleskop diturunkan perlahan-lahan hingga menyatu dengan section
berikutnya di dalam manajemen proyek. Kemudian hooke melepaskan section
berikutnya, sehingga timbul slewing dengan section ke 3 terakhir. Proses
ini dilakukan terus menerus hingga slewing menyatu dengan section 1.
Dengan bantuan mobil crane, tower crane dilepaskan satu per-satu.
Dimulai dari hoist dilepaskan 3 buah terlebih dahulu, setelah itu jib
beserta perlengkapannya dilepaskan. Berikutnya, counter jib dilepaskan
beserta perlengkapannya di dalam manajemen proyek. Tower crane menjadi
bentuk ( I ) kembali. Top head dan slewing dilepaskan dengan mobil
crane, dilanjutkan dengan teleskop, section 1 hingga basic master.
Setelah selesai pembongkaran hanya menyisakan pondasi tower crane,
selanjutnya dibongkar dengan menggunakan alat berat untuk mengambil fine
angel yang akan digunakan kembali untuk mendirikan tower crane
berikutnya.
Posted by: Anita Rahma
www.http://arsitekdansipil.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar